Alasan Mengapa Anda Tidak Tertular Meski Berada di Sekitar Orang yang Positif Covid-19


 Kasus Covid-19 terus meningkat, di mana pada Rabu (26/1/2022) kemarin kasus tembus lebih dari tujuh ribu dalam sehari.


Apalagi kejadian pertama di Indonesia, kasus Covid-19 varian Omicron mengakibatkan pasien meninggal dunia


Dua pasien Covid-19 yang terinfeksi varian Omicron meninggal dunia.


Selain itu, hari ini, Sabtu 22 Jaanuari 2022 tercatat ada rekor baru peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia.


Melihat perkembangan kasus Covid-19 Omicron, Ahli Epidemiologi menyebutkan gelombang ketiga bakal sulit dihindari.


Prediksi epidemiolog terkait gelombang ketiga Covid-19.


Banyak dari kita yang mungkin tidak terinfeksi virus Corona meski tinggal bersama orang yang telah dites positif Covid-19.


Seperti diketahui, SARS-CoV-2 terutama menyebar melalui partikel di udara.


Virus ini dapat menyebar dengan cepat melalui kerumunan orang yang berada dalam satu ruangan tertutup.


Jadi, bagaimana orang yang menghirup udara yang sama dengan mereka yang terinfeksi, tetap tidak terinfeksi?


Menurut sebuah studi baru, jawabannya mungkin terletak pada orang yang terpapar virus Corona lain di masa lalu yang memungkinkan mereka membuat sel kekebalan memori, yang disebut sel T, yang menawarkan perlindungan terhadap virus corona SARS-Cov-2.


Istilah Coronavirus adalah istilah yang luas yang mencakup sejumlah virus selain yang menyebabkan Covid-19.


Dikutip dari Aljazeera, banyak flu biasa yang kita lihat disebabkan oleh virus yang termasuk dalam keluarga Coronavirus.


Studi ini menunjukkan bahwa memori sel T yang dibuat oleh paparan virus ini bisa menjadi alasan mengapa beberapa orang dites negatif untuk Covid-19 meskipun tinggal dengan seseorang yang dites positif.


Adapun studi ini mengikuti 52 kontak rumah tangga Covid-19.


Tujuannya adalah untuk menangkap titik paling awal di mana orang-orang ini mengembangkan respons imun terhadap virus SARS-Cov-2.


Darah diuji untuk sel-sel kekebalan antara hari pertama dan hari keenam ketika ada satu orang yang dites positif dalam satu rumah.


Mereka menemukan tingkat memori sel T yang lebih tinggi dalam sampel mereka yang dites negatif pada tes PCR untuk Covid-19 daripada mereka yang dites positif.


Para penulis percaya tingkat dan kecepatan di mana sel T memori menjadi aktif setelah terpapar Covid-19 di rumah mereka menunjukkan bahwa sel-sel kekebalan ini sudah ada sebelumnya dari infeksi virus Corona sebelumnya, dan bukan dari paparan SARS-Cov saat ini.


Inilah sebabnya mengapa kelompok orang ini tidak dinyatakan positif pada tes PCR.


Mereka percaya sel T yang sudah ada sebelumnya ini memicu respons imun yang dengan cepat menangani virus SAR-CoV-2 sebelum dapat menginfeksi individu dan menunjukkan tes PCR positif.


Mereka juga menemukan sel T ini dalam kelompok yang dites positif tetapi kadarnya tidak setinggi itu.


Sel T yang mereka ukur tidak hanya menargetkan bagian protein lonjakan virus tetapi juga nukleokapsid, bagian inti virus yang menyimpan materi genetiknya.


Mereka menyimpulkan bahwa vaksin masa depan terhadap virus SARS-CoV-2 mungkin perlu menginduksi respons imun yang lebih luas daripada banyak vaksin saat ini, yang menciptakan antibodi hanya untuk bagian protein lonjakan virus.


Oleh karena itu mereka lebih mungkin untuk tetap efektif bahkan jika varian baru muncul dengan mutasi baru.


Akibatnya, generasi berikutnya dari vaksin Covid-19 dapat menargetkan protein inti virus Corona serta protein lonjakan luar.


(*)


IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel